Sabtu, 29 Desember 2012

Faktor-faktor penentu jenis kelamin bayi



Beberapa faktor yang menjadi penentu jenis kelamin bayi:


1. Jenis Sperma
Sperma dalam air mani itu sendiri terdiri dari 2 ukuran dan bentuk:
~ Sperma berukuran lebih kecil dg kepala bulat disebut Andro-sperma : mengandung kromosom Y yang membuahkan kelamin laki-laki
~ Sperma ukuran lebih besar dg kepala oval disebut Gino-sperma: mengandung kromosom X yang menghasilkan kelamin wanita.


2. Kondisi lingkungan vagina

~ Kondisi vagina yang asam akan menghambat ginosperma maupun androsperma, namun akan melemahkan androsperma lebih dini dibanding dengan ginosperma. Kesimpulannya, androsperma (kromosom Y) lebih lemah dibandingkan ginosperma (kromosom X).

~ Kondisi vagina yang lebih basa atau alkalis, baik bagi kedua macam sperma. Pada saat terjadinya ovulasi dan orgasme pada wanita, kondisi vaginanya menjadi alkalis. Itulah sebabnya konsepsi (pembuahan) dapat terjadi secara optimal.

3. Waktu bersetubuh

~ Saat ovulasi
Bersetubuh yang dilakukan pada waktu dekat saat-saat ovulasi dan apabila vagina sangat alkalis, sangat memungkinkan untuk menghasilkan bayi laki-laki.

~ 2-3 hari sebelum ovulasi
Pada saat ini vagina masih bersifat asam sehingga hasil konsepsi kemungkinan besar membuahkan bayi perempuan.

4. Jumlah sperma per cm3

Jumlah sperma dapat pula mempengaruhi jenis kelamin bayi. Apabila jumlahnya kurang dari 1 juta maka kemungkinan besar akan membuahkan bayi perempuan.

Berdasarkan hasil uji klinis yang dilakukan Shettles, terdapat beberapa prosedur serta pedoman bagi pasangan yang mendambakan bayi perempuan atau laki-laki:


Pedoman bagi yang mendambakan bayi perempuan:

  1. Hubungan intim dilakukan 3 hari sebelum ovulasi, lalu hentikanlah 2 hari menjelang ovulasi. Bersetubuh dapat diulang lagi 2 hari pasca ovulasi.
  2. Sebelum melakukan persetubuhan, bilas liang vagina dengan menggunakan 1 liter air dan 2 sendok makan garam (NaCl)
  3. Hindari orgasme pada istri karena hal ini dapat memicu pengeluaran sekresi alkalis yang akan menetralisir lingkungan asam.
  4. Pilihlah posisi berhadapan antara muka dan muka (suami di atas-istri dibawah), sehingga sperma tidak langsung menerobos mulut rahim
  5. Pada saat suami ejakulasi, jangan lakukan penetrasi penis terlalu dalam, keluarkan sebagian.
  6. Mengadakan persetubuhan setelah haid sampai 2 hari sebelum ovulasi lebih baik karena jumlah sperma relatif kecil sehingga meningkatkan kemungkinan memperoleh bayi perempuan.



Pedoman bagi yang mendambakan bayi laki-laki:

  1. Persetubuhan dilakukan sedekat mungkin dengan detik terjadinya ovulasi atau tepat 12 jam sebelum dan sesudah ovulasi.
  2. Sebelum melakukan persetubuhan, bilas liang vagina dengan menggunakan 1 liter air dan 2 sendok makan soda (Natrium bikarbonat-soda)
  3. Usahakan supaya pihak istri orgasme terlebih dahulu agar vagina lebih alkalis
  4. Posisi yang dianjurkan adalah knee-chest (genu-pectoral) dimana sang suami mendekati istrinya dari belakang
  5. Pada detik suami ejakulasi, lakukan penetrasi yang dalam.
  6. Puasa atau pantangan bersetubuh sangat dianjurkan mulai dari haid kering sampai hari terjadinya ovulasi. Tujuannya adalah agar volume dan jumlah sperma per cc menjadi semakin banyak.

Dari penelitian, pedoman di atas memang tidak menjamin 100%. Namun keefektifannya terbukti 80% apalagi jika pasangan suami istri tersebut benar-benar mengetahui masa ovulasinya maka kesuksesannya bisa mencapai 85-90%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar